Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih dalam Rangka Memperingati HUT Ke- 78 Kemerdekaan Indonesia

Kamis, 17 Agustus 2023 Panitia Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia Kecamatan Belik Tahun 2023 menyelenggarakan kegiatan Upacara Pengibaran dan Penurunan Bendera Merah Putih bertempat di Lapangan Krida Widodo Desa Gombong diikuti oleh Forkopimcam Belik beserta Ibu, Kepala Satuan/Unit Kerja se-Kec. Belik, Kepala SMA/SMK/MA/SMP/MTs/SD/MI/TK/PAUD se-Kec. Belik, Kepala Desa beserta Ketua TP. PKK Desa se-Kec. Belik, Pimpinan se-Kec. Belik dan Tokoh Agama/Tokoh Masyarakat se-Kec. Belik.

Acara berlangsung dengan lancar dan hikmat, terlihat begitu serasi, rapi dan kompak Ketika pasukan Paskibraka menuruni tangga tribun lapangan untuk melakukan pengibaran bendera. Formasi Pengibaran Bendera Merah Putih terdiri dari 3 (tiga) kelomok yaitu Pasukan 17 sebagai pengiring (pemandu), Pasukan 8 sebagai pembawa bendera (inti) dan Pasukan 45 sebagai pengawal.

soal formasi baris berbaris 17-8-45? Formasi ini tentu sudah sering kita dengar. Ternyata, ada cerita soal awal mula tercetusnya formasi ini.

Sosok pencetus tim pengibar bendera ini yakni Husein Mutahar. Pria ini lahir di Semarang pada 5 Agustus 1916. Selain dikenal sebagai komposer, Mutahar juga seorang diplomat. Ia menjabat sebagai Duta Besar RI di Vatikan pada 1969-1973. Mutahar juga aktif di organisasi kepramukaan.

Di tahun 1946, saat ia menjadi ajudan presiden, Mutahar mendapat tugas untuk menyusun upacara pengibaran bendera di ulang tahun pertama RI. Kemudian, ia berpikir para pemuda dari berbagai daerah, bisa melakukan pengibaran bendera ini.

Namun, saat itu hanya ada lima pemuda dari berbagai daerah yang ada di Yogyakarta. Kala itu, Ibu Kota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. Maka, upacara pertama setelah kemerdekaan dilakukan di Halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta.

Kemudian, Mutahar menjabat sebagai Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka pada tahun 1967. Presiden pun meminta Mutahar menyusun tata cara pengibaran bendera pusaka.

Satu pasukan pengibaran bendera terdiri dari tiga kelompok yang membentuk formasi sesuai tanggal kemerdekaan RI yaitu 17-8-45. Formasi itu meliputi pengiring atau pemandu yang berjumlah 17, kelompok inti pembawa bendera yang berjumlah 8, dan pengawal yang berjumlah 45.

Jika melihat formasi pasukan pengibar bendera tampak rapi, yuk simak dan pahami formasi khusus Paskibraka berikut ini:

Di bagian paling depan yaitu kelompok 17 sebagai pengiring pasukan
Di bagian kedua yaitu kelompok 8 berada persis di belakang kelompok 17. Kelompok 8 sebagai pasukan inti dan membawa duplikat bendera pusaka Merah Putih. Di sini ada 2 putri pembawa bendera dan pembawa baki. Masih di bagian dua, ada pasukan pengibar yang terdiri dari pengerek tali bendera, pengerek tali sekaligus komandan kelompok 8, dan pembentang bendera. Lalu, ada pelengkap pasukan yang terdiri dari tiga putri Paskibraka.
Pasukan ketiga yaitu kelompok 45, posisinya di belakang kelompok 8 membawa senapan berperan sebagai pasukan pengawal/pengaman kehormatan dengan fungsi simbolis.

Ada dua tim yang bertugas saat 17 Agustus yaitu tim upacara pengibaran bendera saat pagi hari dan penurunan bendera saat sore hari. Demikian informasi terkait serba-serbi formasi 17-8-45 hingga sosok pencetusnya.

Baca artikel detikjatim, “Penjelasan soal Formasi 17-8-45 dalam Upacara HUT RI dan Sosok Pencetusnya” selengkapnya https://www.detik.com/jatim/budaya/d-6238057/penjelasan-soal-formasi-17-8-45-dalam-upacara-hut-ri-dan-sosok-pencetusnya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Acara Pengibaran Bendera Merah Putih selesai sekitar pukul 11.00 WIB dan dilanjutkan perlombaan Tarik Tambang diikuti perwakilan dari masing-masing peserta upacara se-Kec. Belik.

Ruwat Bumi, Kirab Budaya Hasil Bumi dan Pagelaran Wayang Kulit Desa Gombong Tahun 2023

Kirab Hasil Bumi dalam rangka Ruwat Bumi Desa Gombong Senin, 07 Agustus 2023 bertempat di Lapangan Krida Widodo Desa Gombong. setelah beberpa tahun tidak mengadakan Ruwat Bumi semarak antusiasme warga desa Gombong dalam mengikuti acara tersebut luar biasa, kurang lebih 42 gunungan sayur dibuat dalam acara tersebut. Acara dimulai sekitar pukul 08.00 WIB diawali dengan pembukaan, menyanyiakan lagu Indonesia Raya, Sambutan-sambutan dan Do’a untuk kelancaran prosesi Kirab Budaya Hasil Bumi Desa Gombong.

Pemberangkatan peserta Kirab Budaya Hasil Bumi dilakukan oleh Camat Belik yaitu Bapak Mujianto, S.IP. Beliau berpesan agar dilaksanakan kirab dengan tertib.

Usai Kirab dilaksanakan warga berkumpul dan berebut gunungan sayur, dikirimkan juga ke luar desa Gombong karena berlimpahnya gunungan sayur yang dibuat dan agar warga diluar desa Gombong turut bisa menikmati sayur hasil bumi desa Gombong yang melimpah,  dilanjutkan Ruwat Bumi dengan dalang Ki Suwar Adi Prayitno kemudian pada malam harinya Pentas seni wayang kulit dengan dalang Ki Agus Susmono dan Bintang tamu Gareng (Bravo).

Kegiatan Ruwat Bumi sebagai wujud rasa syukur seluruh warga atas limpahan rezeki yang diberikan oleh Allah SWT. Permohonan doa agar segala hal buruk dijauhkan dari desa ini dan berharap agar masyarakat desa  dapat hidup makmur, damai, aman, dan tenteram.

Ruwat bumi desa memiliki nilai-nilai luhur yang bisa diturunkan kepada anak cucu. Setiap ruwatan digelar selalu menggunakan simbol gunung dengan maksud sebagai bumi yang selalu memberikan segalanya kepada petani. Dalam acara tersebut dengan kereatifitas masing-masing warga dibuat pula gunungan sayur berbentuk rumah, ayam, burung garuda dan lain sebagainya.

Masyarakat desa setempat turut membawa hasil bumi yang kemudian diarak berkeliling desa Gombong. sebagai kegiatan yang menjadi keunggulan dan perlambang wujud syukur kepada Sang Pencipta.

Toto Titi Tentrem Kertoraharjo, Gemah Ripah Loh Jinawi,  Gombong Desaku Salam Budaya Lestari Budaya.